Jumat, 14 Desember 2012

Wisata Religi Masjid Menara Kudus, Bukti Kejayaan Islam di Kota Kudus, Jawa Tengah



Februari 2012
Hari itu cuaca terasa panas. Matahari bersinar terik di Kota Kudus, Jawa Tengah. Aku bersama rombongan wisata religi ziarah makam walisongo baru sampai di Kota Kudus. Hari itu memang jadwal kunjungan kami ke makam Sunan Kudus setelah sebelumnya kami juga ziarah ke makam Sunan Muria yang terletak di Gunung Muria di Desa Colo, sebelah utara Kota Kudus.
Sampai di lokasi, bus yang kami tumpangi segera menuju tempat parkir yang terletak tidak jauh dari lokasi ziarah. Walau begitu, perjalanan kami ke lokasi ziarah memang membutuhkan waktu ± 10 menit dengan berjalan kaki.
Di depan pintu gerbang pertama menuju lokasi makam, kami mendapatkan pemandangan yang tidak kalah menariknya. Subhanallah….berdiri satu bangunan tempat ibadah umat islam. Ya, terlihat sebuah bangunan masjid yang terbilang indah.
Tapi yang menjadi pusat perhatian kami bukan hanya bangunan masjid tersebut. Melainkan juga pagar tembok yang mengelilingi masjid tersebut. Sebuah menara mirip candi berdiri anggun di sebelah kiri depan masjid. Mengadopsi model bangunan tempat ibadah umat Hindu dan Buddha. Bangunan tersebut masih begitu terlihat keasliannya. Terbangun dari batu bata yang konon katanya dibuat tanpa menggunakan semen sebagai perekat seperti saat ini. Bangunan – banguna di sekeliling masjid juga banyak yang mirip dengan bangunan candi.
Gapura di depan masjid yang tersusun dari batu bata tanpa semen tidak lain merupakan ciri khas candi di Jawa Timur. Ada juga pancuran untuk wudhu yang berjumlah 8. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah 8 pancuran konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni 8 jalan kebenaran (Asta Sanghika Marga).
Menara masjid tersebut menjadi elemen masjid yang paling menonjol sehingga masjid yang semula bernama masjid Al-Aqsa itu kemudian terkenal dengan Masjid Menara Kudus.
Di depan halaman masjid pun terlihat sebuah taman bunga kecil dengan berbagai macam tanaman yang menghiasinya dengan pagar besi di sekelilingnya. Hal ini pula yang membuat masjid menara kudus terlihat lebih indah.
Oh ya…sebelumnya apakah kalian tahu siapakah Sunan Kudus itu yang merupakan salah satu dari walisongo yang berhasil menyebarkan agama islam di tanah jawa?Hm….baiklah…mungkin banyak dari kalian belum tahu. Kita bahas satu persatu ya….
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Sunan Kudus dikenal sebagai seorang ahli agama, terutama dalam ilmu tauhid, hadist, dan fikih. Dari sembilan wali yang diakui di tanah jawa, hanya beliau yang bergelar “Waliyyul Ilmi” (wali yang berpengetahuan luas).
Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti  proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme). Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.
Konon katanya, nama masjid yang sebelumnya bernama Al-Aqsa tersebut tidak jauh dari salah satu bangunan suci di Makkah, yaitu Bait Al-Maqdis. Suatu ketika Syekh Jaffar Shadiq (Sunan Kudus) berada di Makkah untuk menunaikan ibadah haji.. Saat itu di Makkah tiba – tiba terserang wabah penyakit kudis .Segala upaya pencegahan telah dilakukan, namun tidak ada hasilnya. Akhirnya Amir (penguasa) Makkah meminta Syekh Jaffar Shadiq turun tangan mencegah wabah penyakit yang kian hari kian mengganas. Singkat cerita, Syekh Jaffar Shadiq berhasil mengatasi wabah tersebut. Kemudian Amir Makkah menawarkan hadiah kepada Syrkh Jaffar Shadiq. Tetapi Syekh Jaffar Shadiq menolaknya dan hanya meminta batu dari Bait Al-Maqdis dan Amir mengabulkannya. Sampai saat ini dipercaya bahwa batu pertama yang diletakkan untuk membangun masjid berasal dari Bait Al-Maqdis.
Masjid Menara Kudus berdiri pada 956 H / 1549 M. Tingginya saat itu 13,25 meter. Namun saat ini telah dipugar sehingga tingginya mencapai 17,45 meter. Pada 1925 M, bagian depan ditambah bangunan baru berupa serambi. Dan pada 5 November 1933 M sebuah serambi dibangun kembali di depan serambi sebelumnya.
Masjid Al-Aqsa atau sekarang dikenal dengan Masjid Menara Kudus telah mengalami beberapa kali renovasi dari zaman ke zaman sehingga bentuknya telah berubah total. Renovasi pertama dilakukan tahun 1918, dan semuanya bangunan utama masjid diganti kecuali bagian mihrab dan prasasti. Kecuali itu, bagian luar masjid seperti menara, gapura, dan tembok yang semuanya terbuat dari bata merah terlihat masih utuh. Sebagai perekat, Sunan Kudus memakai metode menggosok-gosokkan antar batu. Menurut sebuah penelitian, penggosokan dibantu pemakaian serbuk kulit kerang agar lebih mudah.
Terdapat tiga buah gapura di lingkungan masjid, tapi karena beberapa renovasi, sekarang dua buah gapura telah berada di bagian dalam masjid. Di atas pintu gapura pertama (paling dalam) dan kedua, terdapat ukiran kayu berisi tulisan berbahasa Jawa berhuruf Arab yang berbunyi “pintu ini dibuat pada zaman pemerintahan Aryo Paninggaran.
Kubah masjid dibangun dengan mengadaptasi gaya arsitektur di India. Di sekelilingnya dihiasi tulisan kaligrafi Arab yang memuat nama – nama sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Serta dihiasi tulisan 4 nama ulama mazhab ternama, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, serta Imam Malik.
Di bagian belakang masjid, ada komplek makam Sunan Kudus yang selalu ramai dikunjungi para peziarah. Selain terdapat makam Sunan, di komplek makam yang dibuat bersekat-sekat ini juga terdapat ratusan makam lainnya dari keluarga beliau, para pangeran, panglima, dan sahabat beliau. Makam Sunan sendiri terletak paling dalam. Setiap tanggal 10 Muharram, ada tradisi buka luwur, yakni penggantian kain kelambu makam dengan yang baru.
Wisata religi seperti ini pun merupakan wisata yang menarik bukan? Oh ya… di sana tentunya terdapat oleh – oleh khas kota Kudus berupa Jenang Dodol. Pas deh untuk oleh – oleh keluarga di rumah. Bagaiman? Apakah kalian tertarik untuk mengunjunginya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar