Februari 2012
Hari itu cuaca terasa panas. Matahari
bersinar terik di Kota Kudus, Jawa Tengah. Aku bersama rombongan wisata religi
ziarah makam walisongo baru sampai di Kota Kudus. Hari itu memang jadwal
kunjungan kami ke makam Sunan Kudus setelah sebelumnya kami juga ziarah ke
makam Sunan Muria yang terletak di Gunung Muria di Desa Colo, sebelah utara
Kota Kudus.
Sampai di lokasi, bus yang kami tumpangi
segera menuju tempat parkir yang terletak tidak jauh dari lokasi ziarah. Walau
begitu, perjalanan kami ke lokasi ziarah memang membutuhkan waktu ± 10 menit
dengan berjalan kaki.
Di depan pintu gerbang pertama menuju
lokasi makam, kami mendapatkan pemandangan yang tidak kalah menariknya.
Subhanallah….berdiri satu bangunan tempat ibadah umat islam. Ya, terlihat
sebuah bangunan masjid yang terbilang indah.
Tapi yang menjadi pusat perhatian kami
bukan hanya bangunan masjid tersebut. Melainkan juga pagar tembok yang
mengelilingi masjid tersebut. Sebuah menara mirip candi berdiri anggun di
sebelah kiri depan masjid. Mengadopsi model bangunan tempat ibadah umat Hindu
dan Buddha. Bangunan tersebut masih begitu terlihat keasliannya. Terbangun dari
batu bata yang konon katanya dibuat tanpa menggunakan semen sebagai perekat
seperti saat ini. Bangunan – banguna di sekeliling masjid juga banyak yang
mirip dengan bangunan candi.
Gapura di depan masjid yang tersusun
dari batu bata tanpa semen tidak lain merupakan ciri khas candi di Jawa Timur.
Ada juga pancuran untuk wudhu yang berjumlah 8. Di atas pancuran itu diletakkan
arca. Jumlah 8 pancuran konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni 8 jalan
kebenaran (Asta Sanghika Marga).
Menara masjid tersebut menjadi elemen
masjid yang paling menonjol sehingga masjid yang semula bernama masjid Al-Aqsa
itu kemudian terkenal dengan Masjid Menara Kudus.
Di depan halaman masjid pun terlihat
sebuah taman bunga kecil dengan berbagai macam tanaman yang menghiasinya dengan
pagar besi di sekelilingnya. Hal ini pula yang membuat masjid menara kudus
terlihat lebih indah.
Oh ya…sebelumnya apakah kalian tahu
siapakah Sunan Kudus itu yang merupakan salah satu dari walisongo yang berhasil
menyebarkan agama islam di tanah jawa?Hm….baiklah…mungkin banyak dari kalian
belum tahu. Kita bahas satu persatu ya….
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama
Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima
perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan
Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.Sunan Kudus pernah menjabat sebagai
panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan
Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima
perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim
pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Sunan Kudus dikenal sebagai seorang ahli
agama, terutama dalam ilmu tauhid, hadist, dan fikih. Dari sembilan wali yang
diakui di tanah jawa, hanya beliau yang bergelar “Waliyyul Ilmi” (wali yang
berpengetahuan luas).
Masjid Menara Kudus merupakan salah satu
peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan
penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita ketahui,
sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan
peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh
Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme).
Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan
Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong
unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara
dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.
Konon katanya, nama masjid yang
sebelumnya bernama Al-Aqsa tersebut tidak jauh dari salah satu bangunan suci di
Makkah, yaitu Bait Al-Maqdis. Suatu ketika Syekh Jaffar Shadiq (Sunan Kudus)
berada di Makkah untuk menunaikan ibadah haji.. Saat itu di Makkah tiba – tiba terserang
wabah penyakit kudis .Segala upaya pencegahan telah dilakukan, namun tidak ada
hasilnya. Akhirnya Amir (penguasa) Makkah meminta Syekh Jaffar Shadiq turun
tangan mencegah wabah penyakit yang kian hari kian mengganas. Singkat cerita,
Syekh Jaffar Shadiq berhasil mengatasi wabah tersebut. Kemudian Amir Makkah
menawarkan hadiah kepada Syrkh Jaffar Shadiq. Tetapi Syekh Jaffar Shadiq
menolaknya dan hanya meminta batu dari Bait Al-Maqdis dan Amir mengabulkannya.
Sampai saat ini dipercaya bahwa batu pertama yang diletakkan untuk membangun
masjid berasal dari Bait Al-Maqdis.
Masjid Menara Kudus berdiri pada 956 H /
1549 M. Tingginya saat itu 13,25 meter. Namun saat ini telah dipugar sehingga
tingginya mencapai 17,45 meter. Pada 1925 M, bagian depan ditambah bangunan
baru berupa serambi. Dan pada 5 November 1933 M sebuah serambi dibangun kembali
di depan serambi sebelumnya.
Masjid Al-Aqsa atau sekarang dikenal
dengan Masjid Menara Kudus telah mengalami beberapa kali renovasi dari zaman ke
zaman sehingga bentuknya telah berubah total. Renovasi pertama dilakukan tahun
1918, dan semuanya bangunan utama masjid diganti kecuali bagian mihrab dan
prasasti. Kecuali itu, bagian luar masjid seperti menara, gapura, dan tembok
yang semuanya terbuat dari bata merah terlihat masih utuh. Sebagai perekat,
Sunan Kudus memakai metode menggosok-gosokkan antar batu. Menurut sebuah
penelitian, penggosokan dibantu pemakaian serbuk kulit kerang agar lebih mudah.
Terdapat tiga buah gapura di lingkungan
masjid, tapi karena beberapa renovasi, sekarang dua buah gapura telah berada di
bagian dalam masjid. Di atas pintu gapura pertama (paling dalam) dan kedua,
terdapat ukiran kayu berisi tulisan berbahasa Jawa berhuruf Arab yang berbunyi
“pintu ini dibuat pada zaman pemerintahan Aryo Paninggaran.
Kubah masjid dibangun dengan
mengadaptasi gaya arsitektur di India. Di sekelilingnya dihiasi tulisan
kaligrafi Arab yang memuat nama – nama sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Thalhah
bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Serta dihiasi
tulisan 4 nama ulama mazhab ternama, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam
Syafi’i, serta Imam Malik.
Di bagian belakang masjid, ada komplek
makam Sunan Kudus yang selalu ramai dikunjungi para peziarah. Selain terdapat
makam Sunan, di komplek makam yang dibuat bersekat-sekat ini juga terdapat
ratusan makam lainnya dari keluarga beliau, para pangeran, panglima, dan
sahabat beliau. Makam Sunan sendiri terletak paling dalam. Setiap tanggal 10 Muharram,
ada tradisi buka luwur, yakni penggantian kain kelambu makam dengan yang baru.
Wisata religi seperti ini pun merupakan
wisata yang menarik bukan? Oh ya… di sana tentunya terdapat oleh – oleh khas
kota Kudus berupa Jenang Dodol. Pas deh untuk oleh – oleh keluarga di rumah.
Bagaiman? Apakah kalian tertarik untuk mengunjunginya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar